Thursday, December 29, 2011

10 Keunikan Perempuan Indonesia

Studi psikografi terkini terhadap perempuan Asia yang diadakan oleh Universal Networks International bekerja sama dengan Synovate menghasilkan potret perempuan urban modern yang unik. Universal Networks International (UNI) menyebutnya sebagai High Heeled Warriors, yakni potret perempuan yang menghadapi berbagai tugas dan harapan, tetapi menjalaninya dengan kekuasaan, kecerdasan, dan kemampuan yang kian meningkat.

Riset High Heeled Warriors di Asia ini menggambarkan perempuan yang berambisi dalam karier, juga kesejahteraan keluarganya, tetapi tetap memiliki nilai dan identitas diri yang dipertahankan atas kehendaknya sendiri. Perempuan memiliki kuasa atas dirinya, mampu dan aktif mengambil keputusan, termasuk dalam keluarga.

Menurut UNI, High Heeled Warriors di Indonesia, para perempuan urban modern, memiliki 10 sifat yang unik. Boleh jadi salah satu, beberapa, atau bahkan semua sifat ini juga bisa ditemui dalam diri Anda.


1. Ikatan kuat dengan keluarga dan masyarakat
Perempuan urban modern di Indonesia menilai bahwa mengasuh, mencintai, dan bertanggung jawab terhadap keluarga sebagai hal penting dalam hidup. Ia percaya bahwa memiliki karier adalah cara untuk berkontribusi terhadap keluarganya. Termasuk sebagai konsumen, prioritasnya dalam membeli produk adalah untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya.

2. Selalu terhubung dengan teman dan kerabat
Ia memiliki hubungan baik dengan teman-teman yang dikenal sejak lama. Sahabat adalah bagian penting dalam hidupnya.

3. Terpelajar

Semakin banyak perempuan modern di perkotaan yang mengenyam pendidikan tinggi dan menjadi kalangan terpelajar. Ia selalu mencari informasi terbaru agar bisa merencanakan kehidupan dengan lebih baik.

4. Berorientasi sukses
Keluarga dan karier menjadi prioritas untuk mencapai kehidupan sukses yang seimbang. Inilah orientasi perempuan modern di perkotaan di Indonesia. Ia ingin mencapai sukses di setiap aspek kehidupan, termasuk sukses dalam membina keluarga harmonis dan membesarkan anak-anak.

5. Berorientasi karier
High Heeled Warriors Indonesia adalah mereka yang mendapatkan kepuasan pribadi. Salah satunya dengan memiliki rasa penghormatan atas diri sendiri serta kebanggaan dengan menjadi perempuan dan ibu bekrja yang sukses dan modern.

6. Ingin terlihat cerdas dan modern
Perempuan urban modern menggambarkan dirinya sebagai sosok yang intelek dan melek fashion. Bagaimana ia berpenampilan dan membawakan diri, hal tersebut menjadi penting baginya.

7. Melek keuangan
Perempuan modern di Indonesia menerima norma sosial sebagai bagian dari kehidupannya. Namun, ia tidak melihat dirinya sebagai sosok pasif dalam pengambilan keputusan, terutama di keluarga.

Ia secara berkala mendiskusikan keuangan keluarga dengan suami. Ia bekerja untuk berkontribusi terhadap kesejahteraan keluarga. Ia merencanakan keuangan dengan lebih baik untuk hidup lebih mapan.

8. Melek teknologi
Agar selalu terhubung dengan keluarga dan teman, yang menjadi prioritasnya, perempuan modern di perkotaan termotivasi untuk memiliki teknologi terkini. Riset ini menunjukkan 55 persen perempuan Indonesia percaya bahwa teknologi modern punya peran dalam kesuksesannya dalam karier dan membantunya dalam kehidupan pribadi.

9. Peduli pada kesehatan

Keseimbangan gaya hidup antara karier, keluarga, dan diri sendiri penting bagi perempuan modern Indonesia. Karenanya, ia menilai penting dan membutuhkan kegiatan, juga produk yang membantunya mencegah penyakit dan meningkatkan nutrisi sebagai bagian dari peningkatan kualitas hidupnya. Tak ayal, fitness dan aerobik menjadi pilihan menarik bagi perempuan Indonesia, yang tak ditemui pada perempuan lainnya di Asia Tenggara.

10. Ingin aman dan nyaman

Perempuan urban modern di Indonesia menghargai pentingnya relaksasi dan memanjakan diri. Namun, kenyamanan ini tak hanya untuk dirinya pribadi. Hal ini diekspresikannya dengan merencanakan masa depan keluarga, termasuk keuangan, dan memastikan semua faktor keamanan dan kenyamanan itu telah disiapkan dengan baik.

Dengan persiapan yang matang, perempuan lebih termotivasi untuk mewujudkan kehidupan yang aman dan nyaman untuk dirinya, terutama keluarganya.


Sumber: http://female.kompas.com/read/2011/10/30/12575615/10.Keunikan.Perempuan.Indonesia

Thursday, December 8, 2011

TEKNIK SAMPLING DALAM PENELITIAN KUANTITATIF

PEMBAHASAN

Pengertian populasi dan sampel
1.    Pengertian populasi
Populasi berasal dari kata bahasa Inggris population yang berarti jumlah penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi orang kebanyakan menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan. Hal tersebut ada benarnya juga, Karena itulah makna kata populasi yang sesungguhnya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya, kata populasi menjadi amat popular, dan digunakan diberbagai disiplin ilmu.
Dalam metode penelitian kata populasi amat popular, digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.
1.1  Macam-macam populasi dilihat dari penentuan sumber data
a.    Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif. Misalnya, jumlah murid SLTA di Surabaya pada tahun 2004 sebanyak 150.000 siswa terdiri dari 78.000 murid putra dan 72.000 murid putri.
b.    Populasi tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif. Oleh karenya, luas populasi bersifat tak terhingga dan hanya dapat dijelaskan secara kualitatif. Misalnya, jumlah gelandangan di Indonesia. Ini berarti harus dihitung jumlah gelandangan di Indonesia dari tahun ke tahun, dan tiap kota. Tidak saja perhitungan terhadap

1
jumlah gelandangan yang ada sekarang, tetapi juga dilakukan penafsiran jumlah gelandangan di waktu yang akan datang.

1.2  Macam-macam populasi dilihat dari kompleksitas objek populasi :
a.    Populasi homogen, yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi, memiliki sifat-sifat yang relative sama satu sama lainnya. Sifat populasi seperti ini banyak dijumpai pada medan eksata, misalnya air. Ciri yang menonjol dari populasi homogen, tidak ada perbedaan hasil tes dari jumlah tes populasi yang berbeda. Maksudnya adalah gejala yang timbul pada satu kali percobaan atau tes merupakan gejala yang timbul pada seratus kali atau lebih tes terhadap populasi yang sama.
b.    Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relative memiliki sifat-sifat individual, dimana sifat tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain bahwa individu anggota populasi memiliki sifat yang bervariasi sehingga memerlukan penjelasan terhadap sifat-sifat tersebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pada penelitian sosial, populasi heterogen menjadi tidak asing lagi dalam setiap penelitian. Hal ini disebabkan semua penelitian sosial berobjekkan manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat amat unik dan kompleks.
Selain pembedaan-pembedaan diatas, populasi juga dapat dibedakan antara populasi sampling dan populasi sasaran. Misalnya, apabila kita mengambil rumah tangga sebagai sampel sedangkan yang diteliti hanyalah rumah tangga yang bekerja sebagai petan, maka keseluruhan rumah tangga dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling, sedangkan seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut populasi.

2
2.    Pengertian sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh karena itu , sampel harus dilihat sebagai pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri. Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0. Disamping itu pengambilan sampel yang secara acak (random) haruslah menggunakan metode yang tepat sesuai dengan cirri-ciri populasi dan tujuan penelitian. Meskipun sebuah sampel terdiri dari sebagian populasi, tetapi sebagian dari populasi itu tidak selalu dapat disebut sebuah sampel apabila cara-cara pengambilannya tidak benar.

Unit Analisis
            Yang dimaksud dengan unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Masih banyak peneliti, khususnya peneliti pemula yang masih bingung membedakan antara pengertian objek penelitian, subjek penelitian dan sumber data. Untuk menerangkan hal-hal tersebut perhatikanlah contoh-contoh berikut.
            Dalam penelitian pendidikan,seorang peneliti ingin mengetahui metode mengajar yang banyak digunakan oleh guru-guru di SMA. Berdasarkan atas contoh penelitian ini maka yang dimaksud dengan objek penelitian atau variable penelitian adalah ,metode mengajar(yang digunakan guru),yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah guru,dan sebagai sumber data peneliti adalah guru itu sendiri (diwawancarai,diberi angket atau diamati waktu mengajar) serta kepala sekolah yang sekiranya mengetahui tentang jenis metode mengajar yang digunakan oleh guru.
           
3
Sebagai contoh berikutnya misalnya,seorang peneliti akan menyelidiki harga satuan  produksi kaos singlet. Untuk penelitian kedua ini yang dimaksud dengan objek penelitian atau variable penelitian adalah harga satuan produksi (kaos singlet),sebagai subjek penelitian adalah kaos singlet dan sebagai data adalah direktur pabrik kaos.
            Dari kedua contoh penelitian di atas dapat diketahui bahwa yang dapat diklasifikasikan sebagai subjek penelitian dapat berupa benda atau manusia. Dalam penelitian lain,mungkin subjek penelitian tersebut berupa sekolah,desa bahkan mungkin Negara. Untuk mengambil kesimpulan sekolah-sekolah mana yang termasuk disiplin,mana kurang disiplin yang menjadi objek penelitian adalah sekolah.
            Sehubungan dengan pengertian unit analisis ini peneliti harus mengarah pikirannya ke sana pada waktu menentukan sampel penelitiannya. Mungkin sekali seorang peneliti berkeinginan untuk menentukan sebuah kantor pemasaran,yaitu ingin meneliti bagaimana kepemimpinan sang direktur pemasaran. Waktu akan mulai mencari data,peneliti tersebut menjumpai beberapa karyawan,katakana sebanyak 30 orang. Pada waktu ditanya, dia mengatakan bahwa subjek penelitiannya adalah 30 orang.
            Benarkah bahwa banyaknya subjek penelitian adalah 30 orang?Apakah bukan hanya satu orang saja yaitu sang direktur pemasaran? Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu membedakan antara subjek penelitian,responden dan informan.
            1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang ditujun untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita berbicara tentang subjek penelitian,sebetulnya kita berbicara tentang unit analisis,yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti.
4
            2. Responden
Responden berasal dari asal “Respon” atau penanggap,yaitu orang yang menanggapi. Dalam penelitian,responden adalah orang yang diminta memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan,yaitu ketika mengisi angket, atau lisan ketika menjawab wawancara.

            3. Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi. Dengan pengertian ini maka informan dapat dikatakan sama dengan reponden,apabila pemberian keterangannya karena dipancing oleh pihak peneliti. Istilah “informan” ini banyak digunakan dalam penelitian kualitatif.

Basaran Sampel dan Presisi
   
Penentuan besarnya sampel dengan presentase seperti yang dahulu banyak digunakan tampaknya kini sudah harus ditinggalkan. Agar diperoleh hasil penelitian lebih baik, diperlukan sampel yang baik pula, yakni betul-betul mencerminkan populasi. Supaya perolehan sampel lebih akurat, diperlukan rumus-rumus penentuan besarnya sampel, antara lain disebutkan di bawah  ini.
1. Dengan rumus Jacob Cohen:
N   + u + 1

5
Dengan keterangan:
N = Ukuran Sampel
f2 = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi power dari u,diperoleh dari tabel, t.s.1%.
Power (p) = 0,95an effect size (f2) = 0,1
Harga L tabel dengan t.s.1% power 0,95 dan u = 5 adalah 19,76.
Maka dengan rumus tersebut dapat didapat:
N =  + 5 + 1 = 203,6 dibulatkan 204

2. Dengan rumus berdasarkan proporsi,ada dua rumus
    a. Dikemukakan oleh Issac & Michael:
            S =
Di mana:
S = ukuran sampel
N = ukuran populasi
P = proporsi dalam populasi
d = ketelitian (error)

6
x2 = harga tabel chi-kuadrat untuk α tertentu.
    b. Dikemukakan oleh Paul Leddy:
            N = ()2 (P) (1-P)
            Di mana:
            N = ukuran sampel
            Z = Standard score untuk α yang dipilih
            e =  Sampling error
            P = Proporsi harus dalam populasi
Pembicaraan mengenai sampel ini akan lebih terpahami setelah pembaca mempelajari berjenis-jenis sample dari populasi yang tidak homogen.
Presisi adalah tingkat ketetapan yang ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh dari sampel dibandingkan hasil yang diperoleh dari catatan lengkap, dengan syarat bahwa keadaan-keadaan di mana kedua metode dilakukan, seperti daftar pertanyaan, teknik wawancara, kualitas pencacah, dan sebagainya adalah sama. Secara kuantitatif, presisi disebut kesalahan baku (standard error). Misalnya nilai rata-rata suatu populasi diberi simbol U dan nilai rata-rata sampel diberi simbol X, maka perbedaan U-X disebut presisi.
Macam-macam dan Teknik Pengambilan Sampel
            Ada dua jenis teknik pengambilan sampel, yaitu teknik pengambilan sampel probabilita dan teknik pengambilan sampel nonprobabilita. Teknik pengambilan sampel probabilita adalah suatu teknik pengambilan sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih
                                                                 
                                                                  7
sebagai sampel. Dengan kesempatan yang sama ini, hasil dari suatu penelitian dapat digunakan untuk memprediksi populasi.
            Sementara itu, teknik pengambilan sampel nonprobabilita adalah suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan pada setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama. Anggota yang satu memiliki kesempatan lebih besar dibandingkan dengan anggota yang lain sehingga hasil dari suatu penelitian yang menggunakan teknik ini tidak dapat digunakan untuk memprediksi populasi.
1.1  Teknik pengambilan sampel probabilita
Ada beberapa teknik pengambilan sampel probabilita, yaitu :
a.    Simple Random Sampling
Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang paling mudah dilakukan. Dikatakan sederhana (simple) karena pengambilan anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Teknik ini dapat dipakai jika populasi dari suatu penelitian homogen dan tidak terlalu banyak jumlahnya.
b.    Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata.
c.    Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
d.    Cluster Sampling
Teknik cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu


8
negara, provinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

1.2   Teknik pengambilan sampel nonprobabilita
Teknik pengambilan sampel nonprobabilita meliputi :
a.    Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomer urut.
b.    Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
c.    Sampling Incidental
Sampling incidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai  sumber data.
d.    Purposive Sampling
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Teknik ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
e.    Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin

9
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
f.     Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan olehdua orang sebelumnya. Begitu seterusnya,sehingga jumlah sampel semakin banyak.











10

BRi kalahkan Bank Mandiri dan BCA dalam perolehan laba

Dua bank papan atas di Indonesia, Bank Mandiri dan Bank BRI, bersaing meraup laba. Jika pada Triwulan III-2010, Bank BRI dilaporkan memperoleh laba Rp 6,66 triliun maka pada periode yang sama Bank Mandiri membuntuti dari belakang dengan selisih tipis Rp 6,4 triliun.

Perolehan laba BRI ini meningkat 25,56 persen dibandingkan perolehan laba periode sama tahun lalu sebesar Rp 5,3 triliun.

Sementara bagi Bank Mandiri, perolehan laba bersih ini naik 38,2 persen menjadi Rp 6,4 triliun atau naik Rp1,8 triliun jika dibandingkan periode yang sama tahun 2009 sebesar Rp 4,6 triliun.

Bank yang mendekati perolehan laba BRI dan Bank Mandiri adalah Bank BCA dengan perolehan laba pada periode tersebut adalah Rp 6,1 triliun atau naik 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,09 triliun.

Direktur Operasional BRI, Sarwono Sudarto, mengakui dalam lima tahun terakhir BRI tertinggi memperoleh laba dibandingkan bank lainnya di Indonesia.

"Selama lima tahun terakhir kita tetap yang nomor satu (perolehan labanya)," kata Sarwono dalam paparan pers Kinerja BRI Triwulan III-2010 di Jakarta, Jumat (29/10/2010).

Ditanya pers mengenai perolehan laba yang beda tipis dengan Bank Mandiri, Sarwono mengatakan yang penting bagi BRI tetap terbesar memperoleh laba dengan likuditas yang tidak mengalami gangguan.

"Dan kami tetap fokus di sektor UMKM karena ini memberikan konstribusi besar," kata Sarwono. Direktur BRI Bambang Supeno mengatakan peningkatan laba ini didukung total aset BRI yang meningkat sebesar Rp 16,93 persen yaitu dari Rp 274,39 triliun pada Triwulan III-2009 menjadi Rp 320,84 triliun pada Triwulan III-2010.

Sejalan dengan peningkatan laba itu, peningkatan modal juga tumbuh 26,72 persen dari Rp 25,82 triliun pada Triwulan III 2009 menjadi Rp 32,73 triliun-2010.

"BRI berada di posisi teratas dalam industri perbankan nasional dalam perannya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional lewat penyaluran kredit," kata Bambang.

Dikutip dari Tribunnews Oktober 2010

Friday, November 25, 2011

10 Tips Melawak & Membuat Orang lain Tertawa

Pernahkah anda melawak atau membuat guyonan dengan lawan bicara anda namun lawan bicara anda hanya tersenyum kecil atau bahkan tidak tersenyum sama sekali?
Jika awalnya anda-anda semua mencoba buat lawakan tapi selalu dianggap "garing" dengan teman-teman ada baiknya kalian mencoba beberapa tips dibawah ini :
1. Mengejek Kekurangan Orang Lain
Tanpa disadari, kalau anda-anda sekalian mengejek kekurangan orang lain di depan orang banyak, menjadi suatu banyolan yang sangat lucu. Tetapi ini beresiko, walaupun anda hanya bercanda, tetapi ini bisa menyakiti perasaan orang yang anda ejek. Jadi harus tetap berhati-hati.
2. Mengejek Kekurangan Diri Sendiri
Anda punya kekurangan? Jangan minder. Itu malah bisa menjadi sebuah senjata yang ampuh untuk melawak. Banyak orang yang malah senang ketika mendengar seseorang yang mengejek kekurangan dirinya sendiri. Kalau anda sangat percaya diri, trik ini hampir tidak ada resiko, karena Resiko ini hanya satu, anda merasa malu.
3. Berbicara Cepat
Anda tahu pelawak asal Hongkong Stephen Chow? nah mungkin anda juga bisa melawak seperti yang dia sering lakukan di film-film yang dia bintangi selama ini. Stephen Chow sering kali berbicara panjang dengan lawan bicaranya namun dengan tempo yang cepat tanpa putus (sering kali membuat saya tertawa terbahak-bahak). Ekspresi datar seketika ketika habis tertawa pun sering juga dilakukannya.
4. Minta Bantuan Profesional
Jika memungkinkan, Anda bisa meminta bantuan penulis komedi. Di negara maju, ini sudah jadi profesi. Jika belum ada, Anda malah bisa memulainya, seperti orang-orang Republik BBM. Gunakan kemampuan bercanda Anda dengan bijak. Anda mungkin lucu, tapi jelas tak akan lucu lagi, jika Anda sampai melukai hati orang lain. Melucu, ternyata ada tekniknya.
5. Melakukan Tingkah Bodoh
Tanpa berbicara, sebenarnya anda tetap berpeluang untuk menghadirkan tawa kepada banyak
orang. Hanya bermodal percaya diri dan semangat, anda tinggal bertingkah bodoh di depan orang banyak. Resiko dari trik ini sama seperti nomer 2, yaitu rasa malu. Selama anda semua percaya diri, itu tidak jadi masalah.
6. Menceritakan Cerita Atau Pengalaman Yang Lucu
Pengalaman atau cerita lucu adalah hal yang paling umum dalam menghibur dan melawak. tetapi ini membutuhkan kretivitas tinggi, soalnya bisa saja jadi garing. Keuntungannya adalah, resiko untuk trik ini tidak ada. Karena saya rasa, untuk trik ini tidak ada pihak yang dirugikan.
7. Menceritakan Hal Lucu Berbau Porno
Untuk 17++ hal porno bisa menjadi suatu plesetan yang lucu. Banyak orang yang menikmati plesetan-plesetan dan cerita lucu yang berbau porno. Resikonya adalah, ada beberapa pihak yang menolak anak remaja berlucu-lucu ria dengan hal-hal yang berbau porno.
Untuk itu, harus liat-liat sikon ya...
8. Sering Melihat Film Lucu Atau Membaca Buku- Buku Yang Lucu
Sering melihat film-film atau lawakan di tv akan menambah kemampuan anda dalam melawak, karena disana banyak bahan-bahan untuk melawak yang bisa kita ambil untuk di praktekkan. Membaca komik atau buku humor juga bisa menginspirasi kita dalam melawak, tentunya membuat kita tertawa juga membacanya.
9. Perhatikan Waktu
Latihlah timing dari joke Anda. Pelajari lamanya joke. Perhitungkan untuk melakukan pause, dan memberi kesempatan kepada audience untuk tertawa. Biarkanlah mereka mengalaminya. Bukan tidak mungkin, untuk hal seperti itulah mereka mau membayar dan menghadiri sesi bicara Anda. Mungkin di luar sana, mereka tak sempat tertawa.
10. Mengulang Kata Berkali-kali
Anda bisa juga menggunakan cara ini, yaitu mengulang kata atau kalimat kepada lawan bicara anda berulang kali, umumnya sih 3x cukup...Misal: “Masak sih?”(sambil terkejut), lagi “Masak sih?”(sambil terkejut), lagi “Masak sih?”(sambil terkejut)..insyaallah cukup membuat lawan bicara anda tersenyum atau tertawa.

 
Senyum dan tertawa adalah terapi, dan ini membuat hampir setiap orang merasakan mood yang nyaman dan segar.
Di sini kita bisa melihat, bahwa joke dalam public speaking adalah salah satu bab serius yang harus dipelajari. Mungkin secara "ilmiah". Anda tahu berapa otot wajah yang bergerak jika Anda tersenyum? Kalau tidak salah 27 atau lebih. Anda tahu berapa yang berkontraksi jika Anda marah? Hanya belasan.
Tertawa adalah senam yang menyehatkan jiwa dan raga. Selama tidak berlebihan...($)

Melawak


Melawak merupakan suatu usaha untuk membuat orang lain tertawa, atau sekadar membuat orang lain gembira. Caranya bermacam-macam, tergantung si pelawak dan biasanya disesuaikan dengan kondisi orang yang akan dibuat tertawa. Cara yang paling umum adalah dengan mengucapkan lelucon, dengan subjek lelucon orang lain, atau diri sendiri. Cara lainnya adalah dengan tingkah laku yang dibuat-buat hingga dapat terlihat lucu dan pentas ditertawakan di hadapan orang lain. Belakangan ini, lawak menjadi salah satu program utama di beberapa stasiun televisi baik di Indonesia maupun di mancanegara.
Di Indonesia bentuk lawak yang paling terkenal adalah grup lawak, melawak dengan beberapa pelawak yang menggabungkan diri menjadi satu kelompok dan mementaskan suatu cerita lucu. Masing-masing memerankan satu karakter dan kelucuan yang terjadi berasal dari interaksi antar karakter-karakter ini. Beberapa contoh grup lawak seperti ini adalah Srimulat, Warkop DKI dan Patrio.
Di Amerika Serikat yang lebih terkenal adalah standup comedy, di mana seorang pelawak berdiri di depan penonton dan mengucapkan monolog mengenai sesuatu. Jenis lawakan seperti ini lebih bergantung pada cara penyampaian dan isi cerita. Contoh-contoh pelawak standup adalah Robin Williams, Jim Carrey (Dua nama tsb adalah idola ane.he...), Jerry Seinfeld, Jeff Foxworthy, dan Eddie Izzard.
Selain itu juga terdapat beberapa kelompok lawak dari Inggris dan Amerika seperti Monty Python dan Marx Brothers.

Thursday, November 24, 2011

TEORI PERILAKU KONSUMEN PENDEKATAN TEORI NILAI GUNA (UTILITY)


BAB I
PENDAHULUAN

Setiap individu ataupun rumah tangga pasti mempunyai perkiraan tentang berapa pendapatanya dalam suatu periode tertentu, misalkan satu tahun. Dan mereka juga pasti mempunyai suatu gambaran tentang barang - barang atau jasa - jasa apa saja yang akan mereka beli. Tugas setiap rumah tangga adalah bagaimana mereka bisa memaksimalkan pendapatan mereka yang terbatas untuk mendapatkan dan memenuhi semua kebutuhan sehingga bisa mencapai kesejahteraan. Tapi ternyata hampir tidak satupun individu atau rumah tangga yang berhasil dalam tugasnya tersebut. Sampai pada tingkat tertentu, kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya keterangan - keterangan yang tidak tepat dan ada juga alasan - alasan lain seperti pembelian - pembelian secara impulsif.
Segala usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan maksimum dengan pendapatan yang terbatas inilah yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk menganalisa pembentukan permintaan konsumen secara lebih akurat, maka akan digunakan beberapa asumsi yang akan menyederhanakan realitas ekonomi. Disini kita akan mempelajari tentang teori nilai guna ( utility ).
Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih dahulu dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang keperluannya. Disini kita juga akan mempelajari bagaimana suatu barang bisa memmberikan kenikmatan terhadap individu dan bagaimana barang itu akhirnya sama sekali tidak bisa memberikan kenikmatan terhadap seseorang.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori Perilaku Konsumen
       Teori perilaku konsumen yaitu teori yang menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang,dengan pendapatan tertentu dan harga barang tertentu pula sedemikian rupa agar konsumen mencapai tujuannya.Tujuan konsumen untuk memperoleh manfaat atau kepuasan sebesar-besarnya dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum satisfaction). Dan,teori ekonomi menganggap bahwa maximum satisfaction itu adalah tujuan akhir konsumen.
       Sebelum kita mempelajari tentang tingkah laku konsumen lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui beberapa anggapan - anggapan sederhana yang biasa menjadi patokan untuk menganalisa pembentukan garis permintaan dari suatu barang secara lebih tepat, tanpa menyimpang dari realitas ekonomi.
1.      Barang dan jasa yang dikonsumsi biasanya disebut komoditi. Komoditi adalah sesuatu yang memberikan jasa konsumsi ( consumption services ) terhadap konsumen persatuanwaktu tertentu.
2.      Setiap konsumen dianggap tahu macam barang dan jasa yang tersedia di pasar, kapasitasteknis masing - masing barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen dan tingkat harga masing - masing.
3.      Konsumen dianggap tahu secara pasti mengenai jumlah uang yang akan dibelanjakanya selama periode perencanaan tertentu.
      
       Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:
1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
2. Pendekatan nilai guna ordinal

1.   Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
       Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif/dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
       Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran kebahagian. Utility dianggap bahwa ukuraan kemampauan barang / jasa untuk memuaskan kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung dari jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi. Sehingga dapat ditunjukan oleh fungsi sebagai berikut :
U = f ( X1, X2, X3………, Xn )
U : besar kecilnya kepuasan:
X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.

Besar kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jenis dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.

2.   Pendekatan nilai guna ordinal
       Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference: manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
3.   Persamaan kardinal dan ordinal
       Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility) .


B. TEORI NILAI GUNA ( UTILITY )
1.   Pengertian Teori Nilai Guna (utility)
      Teori nilai guna atau utility yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang-barang. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai guna atau utility-nya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka utilitynya semakin rendah pula.
      Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian:
a.       Marginal utility (kepuasan marginal). Yaitu pertambahan/pengurangan kepuasan sebagai akibat adanya pertambahan/pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.
b.      Total utility (total utility). Yaitu keseluruhan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang-barang tertentu.
      Sementara M Abraham Garcia-Torres dalam Consumer Behaviour Theory: Utility Maximization and the seek of Novelty membagi nilai guna menjadi dua. Berdasarkan dua tindakan ekonomi yang dilakukan konsumen, Dua tindakan ini saling berhubungan :
a.       Nilai Guna Keputusan (Decision Utility) yang berhubungan dengan Tindakan pembelian (Action of Purchasing). Dalam tindakan pembelian konsumen membeli beberapa barang pada waktu yang bersamaan. dan sebelum melakukan pembelian konsumen harus memutuskan barang yang mana yang akan dia beli.
b.      Nilai Guna Pengalaman (Experienced Utility) Yang berhubungan Dengan Tindakan Konsumsi (Action of Consumption) dengan kapasitas pemenuhan kepuasan dari barang tersebut.

2.  Marginal utility ( kepuasan marginal )
      Yaitu pertambahan / pengurangan kepuasan sebagai akibat adanya pertambahan/pengurangan penggunaan satu unit barang tertent
Secara matematis dapat dicari dengan rumus :
MUx = Marginal Utility pada kepuasan barang ke-x (n barang)
MU   = Marginal Utility
U = utility
X = barang yang dikonsumsi
      Hukum marginal utility yang semakin menurun/Law of Diminishing Marginal Utility: “apabila tambahan nilai guna yang akan diperoleh dari seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya dan pada akhirnya tambahan nilai guna tersebut akan menjadi negative”.
      Konsep nilai guna (utility) bisa menjelaskan kelemahan berupa paradok antara kegunaan suatu barang dengan harganya. Seperti tentang durian, dimana sampai titik tertentu Anda tidak mau lagi memakannya, bahkan jika buah durian itu diberikan secara gratis. Hal ini menunjukkan bahwa tambahan kepuasan yang diberikan dari tiap tambahan unit barang yang dikonsumsi semakin berkurang. Inilah yang disebut Law of Diminishing Marginal Utility.
Contoh ;
      Surplus konsumen terjadi jika harga yang dibayarkan oleh konsumen terhadap suatu barang lebih tinggi dari harga pasarnya. Surplus konsumen akan terus naik jika konsumen terus membeli produk sampai unit tertentu dan menghentikannya, karena jika diteruskan konsumen tidak akan mendapatkan surplus lagi.


3.   Pemaksimuman Nilai Guna
      Setiap orang berusaha memperoleh dan untuk memaksimumkan kepuasan dari barang yang dikonsumsinya. Jika hanya terdapat 1 jenis barang pemaksimuman nilai guna tidaklah rumit dalam pengukurannya. Tetapi pemaksimuman nilai guna akan rumit apabila lebih dari 1 jenis barng. Kerumitan tersebut diakibatkan oleh adanya perbedaan harga masing-masing barang. Oleh karena itu syarat pemaksimuman nilai guna tidak lain adalah setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang,harus memberikan nilai guna yang sama besarnya.

4.   Efek Penggantian
      Perubahan harga suatu barang akan mengubah nilai marjinal utility/rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut apabila harga suatu barang makin naik maka nilai marginal rupiah akan semakin rendah dan sebaliknya apabila suatu barang mengalami penurunan harga maka nilai marginal utility/rupiah akan semakin tinggi.
      Beberapa alasan yang menyebabkan suatu barang harganya menjadi mahal adalah kelangkaan dan biaya produksi. Air jauh lebih mudah didapat dari barang lain, intan misalnya. Sehingga wajar jika intan lebih mahal daripada air karena intan jauh lebih langka. Demikian juga dengan biaya produksi untuk mendapatkan air jauh lebih murah daripada biaya produksi intan.

5.   Efek Pendapatan
      Efek pendapatan terjadi dari berubahnya harga suatu barang (naik atau turun). Jika harga barang X naik, maka tambahan kepuasan dari mengkonsumsi satu unit barang tersebut menjadi turun per harga barangnya. Hal ini menyebabkan turunnya permintaan akan barang X. Sebaliknya jika harga barang Y turun, maka tambahan kepuasan dari mengkonsumsi satu unit barang tersebut menjadi naik per harganya, sehingga permintaan akan barang Y naik. Jika pendapatan tidak berubah (tetap) sedangkan harga barang mengalami kenaikan maka pendapatan rillnya mengalami penurunan.

6.   Keseimbangan Konsumen
      Seorang konsumen dikatakan dalam kondisi seimbang jika telah mengalokasikan dananya yang terbatas diantara berbagai macam barang dan jasa sedemikian rupa sehingga realokasi dana tidak akan menaikan total utility yang diperolehnya dari konsumsi barang tersebut. Berarti dalam konsdisi ini konsumen telah membelanjakan semua dananya dan kepuasan yang diperoleh adalah maksimum.
M = Qx . Px + Qy . Py
U = f (Qx, Qy)
Q = jumlah barang yang dikonsumsi
P = harga barang
U = total Utility
M = Kepuasan Maksimal
      Jadi bisa dikatakan bahwa pada saat konsumen mencapai keseimbangan semua dana telah dibelanjakan dan memberikan suatu tingkat kepuasan maksimum, sehingga kepuasan yang didapat dari tiap rupiah terakhir yang dibelanjakan pada berbagai komoditi adalah sama karena berlakunya hokum Law of Diminishing Marginal Utility.

7.   Menurunkan Fungsi Permintaan
      Untuk dapat menurunkan fungsi permintaan linier suatu barang kita memerlukan dua kondisi keseimbangan konsumen . dimana keseimbangan berubah karena adanya perubahan harga barang tersebut Cateris Paribus. Kondisi Cateris Paribus diperlukan disini karena adanya fungsi permintaan yang berubah hanya harga barang dan jumlah yang diminta dari barang tersebut. Sedangkan variable – variable lain dianggap tetap.
Kurva permintaan suatu barang dapat diturunkan dengan mencari 2 titik keseimbangan konsumen dimana yang berubah hanya harga barang tersebut, sedangkan hal – hal yang lain tetap.


C.  NILAI GUNA, BENTUK DAN BERHENTINYA KEBIASAAN
      Menurut M Abraham Garcia-Torres, Nilai Guna pada barang yang sama, dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :
1.  jangka waktu konsumsi barang yang sama.
2. daya ingat konsumen
3. kualitas barang
1.   Jangka Waktu Konsumsi Barang
Jika jangka waktu konsumsi cukup lama maka ingatan konsumen harus bekerja lebih keras untuk membangkitkan pengalaman yang lalu. kemudian konsumen akan dapat menikmati konsumsi berikutnya. karena jangka waktu berkurang, konsumen akan merasakan kebosanan pada barang yang sama.
2.   Daya Ingat Konsumen
Memori yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama diperlukan antara konsumsi untuk barang yang sama. Pembuktian fakta ini, adalah bentuk kebiasaan yang lebih kuat antara orang dewasa dan anak - anak. Dua kelompok ini dapat mengkonsumsi barang yang sama , atau melakukan hal yang sama tapi mengalami kebosanan setelah jangka waktu yang berbeda, yaitu orang dewasa lebih cepat bosan daripada anak- anak.
3.   Kualitas Barang
Peningkatan kualitas barang (ceteris paribus) akan menyebabkan peningkatan nilai guna pengalaman.
Lalu bagaimana kebiasaan terbentuk? Konsumen mempelajari seberapa lama waktu yang dia perlukan antara konsumsi yang satu dengan berikutnya. jika dia bisa mengkonsumsi barang tersebut selamaya.
Bagaimana dia bisa menghentikan kebiasaan tersebut? Jika dalam proses perkembangan kebiasaan dia berbuat kesalahan dan menurunkan waktu konsumsi barang , kemudian otaknya akan mengembangkan rasa bosan pada barang tersebut. Rasa bosan tersebut mungkin semacam dia tidak ingin mengkonsumsi barang itu lagi dalam jangka waktu yang lama dan selamanya. Pada poin ini dia kan menghentikan kebiasaan . berdasarkan alasan ini kita bisa mengelompokan kebiasaan konsumsi ini sebagai berikut :
a.       Kecanduan : yaitu tindakan konsumsi barang dalam jangka waktu yang lama dan tidak bisa dihindari. kecanduan biasanya terjadi pada Narkoba dan berjudi. tapi beberapa masyarakat masih menerima beberapa kecanduan seperti pada teh, kopi, rokok dan seterusya yang dianggap sebagai kebiasaan.
b.      Kebiasaan abadi : yaitu tindakan konsumsi barang dimana konsumen belajar bagaimana untuk menghabiskanya. Ini berarti dia telah mencapai jangka waktu yang tepat untuk mengkonsumsi barang tersebut tanpa menjadi bosan. Kebiasaan abadi bisa berubah menjadi kebiasaan sesaat jika dia melakukan kesalahan dengan mengkonsumsi barang tersebut terlalu banyak dalam jangka waktu yang singkat. begitu pula kebiasaan sesaat bisa menjadi Kebiasaan abadi jika dia berusaha menggunakanya dengan semestinya. Dengan kata lain klasifikasi mungkin saja berubah setiap saat .Tapi secara sederhan kita bisa menyimpulkan bahwa jangka waktu antara konsumsi barang yang sama adalah tetap. Dengan begitu kita bisa memahami dinamika Preferensi.
c.       kebiasaan sesaat : yaitu tindakan konsumsi terhadap suatu barang yang akan memberikan nilai guna kepada konsumen hanya untuk sesekali. setelah itu dia akan bosan pada barang tersebut. kalau sudah begitu dia akan memiliki dua pilihan, tidak menggunakan barang itu lagi atau mencoba untuk mencari barang sejenis dengan kualitas yang lebih baik dan masih memberikan dia nilai guna.
d.      Mencari kenikmatan baru : konsumen membeli hanya karena rasa ingin tahu, dan akan menikmati sampai kesenanganya hilang.ketika kesenanganya berlalu maka barang itu sudah tidak berguna lagi bagi dia. Bagaimana komoditas baru bisa meningkatkan nilai guna konsumsi? Dari Sudut Pandang konsumen, ini merupakan rangsangan baru yang membuat mereka ingin memiliki pengalaman lebih banyak dan membuat mereka merasa nyaman. Kebanyakan rangsangan ini kita dapatkan lebih dari satu hari. rangsangan ini bukan berasal dari belanja tapi bisa jadi dari pekerjaan, kita sendiri, dari teman keluarga dan lain-lain. Tapi untuk sekarang dan akan datang kita juga mendapatkan rangsangan dari koran, buku baru, kaos baru dan sesuatu yang kita beli.
       Kenikmatan baru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Decision Utility. kenikmatan baru membuat barang menjadi penting. tapi kenikmatan tersebut akan hilang seiring pertamabahan waktu. Ada juga nilai intrinsik yang ditawarkan oleh barang kepada konsumen dalam kapsitasnya membangkitkan nilai hedonistik positif. Dalam hal ini barang sangat potensial untuk menjadi kebiasaan. Pertama kali seseorang merokok, dia melakukanya karena itu adalah hal yang baru bagi dia dan dia ingin mencoba. Tapi sekali Kenikmatan itu hilang, kecanduan barang akan membuat konsumen terus mengkonsumsi barang tersebut. Perokok biasa membeli rokok bukan karena kesenangan tapi karena dia sudah tidak bias meninggalkanya.

D.    KONSUMSI DAN PEMBELIAN
      Tidak ada yang abadi. Tidak ada sebuah barang didunia ini yang kekal. Meskipun mungkin saja ada barang yang awet.. lalu apa saja yang membuat nilai guna dari suatu barang berakhir ?
1.       Secara Fisik habis karena dikonsumsi
2.       Rusak
3.       Kita bosan dengan barang tersebut.
       Ada beberapa barang yang bisa dinikmati dalam waktu singkat. jika konsumen suka maka dia akan membelinya lagi. Ada juga barang setengah awet dan barang awet, nilai guna pengalaman akan meluas seiring bertambahnya waktu. ketika konsumen membeli mobil, meja dan menikmatinya selama bertahun - tahun. pada dasarnya barang-barang ini tidak termasuk dalam daftar belanjaan biasa.
       Nilai guna positif yang didapat dari barang setengah awet dan barang awet berati bahwa konsumen memiliki kebiasaan abadi pada barang tersebut. Sebagai contoh, Sebuah meja bisa meberikan nilai guna positif karena bisa digunakan untuk duduk ketika sedang makan, membaca atau bekerja. jika kemampuan meja tersebut untuk membangkitkan kebiasaan tersebut berakhir karena rusak, berarti untuk memenuhi kebiasaan tersebut kita harus membeli meja baru. Dengan kebutuhan untuk membeli meja baru tersebut seorang konsumen mempengaruhi Ekonomi. Penyebab pembelian meja tersebut adalah kebiasaan konsumen untuk mendapatkan nilai guna dari sebuah meja. Seberapa cepat seorang konsumen menjadi bosan dengan barang memiliki dampak langsung terhadap ekonomi. Penurunan secara terus menerus pada jarak antar konsumsi menghasilkan peningkatan pengeluaran pada konsumsi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
       Berdasar tiga hal yang mempengaruhi kemampuan pemuasan dari suatu barang, dua hal adalah bersifat fisik dan satunya tergantung otak konsumen. Jadi disini ada poin penting, kecepatan dalam perubahan barang yang tidak menjadi rusak. Dasar ini sangat penting dan mungkin terbukti ditentukan secara sosial. kita juga bisa menyimpulkan bahwa dasar ini bisa mempengaruhi pertumbuhan dalam ekonomi. Di negara berkembang sebuah meja mungkin akan digunakan hingga rusak, sementara di negara maju meja kan diganti ketika sudah ketinggalan jaman.
       Daya tahan dan keawetan mungkin ditentukan sang produsen. ini juga mempengaruhi pertumbuhan. Jadi cara untuk membuat Permintaan tetap, bukan dengan membuat barang yang sangat awet. Kita mabil contoh Handphone, beberapa orang sekarang mungkin membuktikan bahwa permintaan telah terpenuhi. tapi berapa lama sih masa hidup sebuah HP ? kebanyakan empat sampai 5 tahun. Masih menjadi misteri mengapa tidak ada satu saja perusahaan yang membuat ponsel lebih tahan banting malah kebanyakan membuat ponsel dengan menambahkan banyak fitur. Ini membuktikan kalau pembuat ponsel mencoba menghindari berkurangnya permintaan pasar terhadap ponsel karena ponsel terlalu awet.
       Sekarang kita beralih dari satu orang konsumen kepada konsumsi sebuah negara. Anggap saja konsumen selalu stabil dalam penggantian barang ( misal ,mereka mengganti meja tiap sepuluh taun atau berapapun tapi konstan pada tiap konsumen). kita anggap juga daya tahan barang rata - rata sama., harga barang sama dan pendapatan konsumen juga sama. konsumen hanya bisa memutuskan berapa banyak mereka ingin beli dan berapa banyak mereka ingin tabung. Jika kita bisa mendapatkan semua konsumen berada pada situasi ini, Berarti tidak ada lagi kemungkinan pilihan lain selain peningkatan pertumbuhan yang tidak berasal dari generasi dengan kebiasaan baru. Maka produsen akan mencoba untuk menemukan sesuatu tanpa tujuan awal produksi “menghasilkan banyak dengan input seedikit”. Tapi dengan tujuan meyakinkan konsumen yang benar-benar butuh barang baru. Hanya jika konsumen mumutuskan untuk membeli lebih banyak barang, GDP akan meningkat. Ini membuktikan bahwa perubahan kualitas barang juga akan mempengaruhi peningkatan GDP, tapi jika peningkatan kualitas tanpa diikuti peningkatan harga maka GDPnya akan sama.

E.  TEORI PREFERENSI KONSUMEN
      Ketika mengkonsumsi sejumlah komoditi dalam periode tertentu, Setiap konsumen akan mendapatkan kepuasan (satisfaction) atau guna (utiliTy). Setiap konsumen selalu berusaha untuk mendapatkan tingkat kepuasan semaksimal mungkin dari sejumlah pengeluaran yang sudah mereka lakukan. untuk keperluan tersebut setiap konsumen harus bisa membuat urutan (rank) dari semua untaian komoditi yang ada. Mereka harus bisa menentukan untaian komoditi mana yang lebih mereka pilih, mana yang tidak dan mana yang relatif jika dibandingkan dengan yang lain.
      Di dalam membuat Urutan preferensi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi :
1.      Untuk setiap dua untai komoditi, misalkan A dan B, jika A memberi kepuasan yang lebih besar Maka A yang harus dipilih dan bukan B, dan sebaliknya. Bila A dan B memberikan kepuasan yang sama Maka konsumen bisa memilih A atau B ( A dan B indiferen )
2.      Bila A dipilih dan bukan B, sedangkan B harus dipilih dan bukan C, maka A harus dipilih dan Bukan C. (berlaku hubungan yang bersifat Transitif )
3.      Bila untaian komoditi A terdiri dari unsur - unsur yang sama dengan B, sedangkan untuk setiap unsurnya A lebih besar daripada B, maka A harus dipilih dan bukan B. tapi bila sebagian unsur - unsur saja yang lebih besar sedangkan unsur - unsur yang lain lebih kecil atau sama, maka belum tentu A harus dipilih jika dibandingkan B.
 
BAB III
KESIMPULAN

       Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih dahulu dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang keperluannya. Akan tetapi, telah lama orang melihat suatu kelemahan penting dari teori tersebut, yaitu: menyatakan kepuasan dalam angka-angka adalah kurang tepat oleh karena kepuasan adalah sesuatu yang tidak mudah untuk diukur.
      Untuk menghindari kelemahan ini Sir John R. Hicks telah mengembangkan satu pendekatan baru untuk mewujudkan perinsip pemaksimuman kepuasan oleh seorang konsumen yang mempunyai pendapatan terbatas. Analisis ini dikenal sebagai analisis kurva kepuasan sama, yang meliputi penggambaran dua macam kurva, yaitu kurva kepuasan sama dan garis anggaran pengeluaran.
       Untuk menggambarkan kurva kepuasan sama perlu dimisalkan bahwa seseorang konsumen hanya akan membeli dan mengkonsumsi dua macam barang tersebut adalah makanan dan pakaian. Pemisalan-pemisalan lain adalah cita rasa masyarakat tidak berubah dan konsumen bebas untuk menentukan kombinasi barang makanan dan pakaianyang diingininya.